Kamis, 27 Oktober 2016

12.40.00 - 2 comments

Soempah Pemoeda, Beginilah Adanja



Soempah Pemoeda
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia

27 dan 28 oktober 88 tahun yang lalu terjadilah sebuah rapat akbar atau yang disebut dengan Kongres Pemuda II oleh generasi muda dari seluruh penjuru Indonesia. Mereka berbondong – bondong menuju jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat untuk turut serta dalam kongres tersebut. Tercatat pemuda Betawi, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Ambon sampai dari yang berada dari luar negeri pun disempatkan untuk hadir dalam kongres. Beberapa dari yang datang berasal dari organisasi kedaerahaan di daerahnya. Sebutlah saja Jong Ambon, Jong Java, Jong Celebes, Jong Bataks dan Jong Sumateranen. Ada pula dari organisasi yang berbasis di Jakarta. Organisasi – organinsasi yang turut dalam kongres tersebut merupakan representasi dari semangat kebangkitan nasional yang dicetuskan oleh dr. Sutomo pada tahun 1908.

Perbedaan latar belakang bukan jadi soal. Karena para pemuda merumuskan apa saja yang harus dilakukan pemuda Indonesia dalam memperjuangkan segala sesuatunya. Sumpah pemuda sebagai perwujudan “Satu Indonesia” sebagai salahsatu hasil dalam kongres besar tersebut. Adalah Muhammad Yamin yang menuliskan sumpah tersebut dalam secarik kertas, kemudian ditunjukkan kepada Soegondo lalu bung tersebut membubuhkan parafnya dalam kertas pertanda setuju diikuti dengan yang lain. 

28 Oktober 1928 pula lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan dimuka umum. Konon katanya, yang datang pada saat itu hanya menyanyikan nadanya tanpa menyanyikan liriknya karena takut ditangkap oleh pemerintah belanda. W. R. Soepratman sebagai salah satu pemuda yang hadir dalam kongres sekaligus menggubah lagu Indonesia Raya. Karya yang fantastis, usut punya usut Indonesia Raya punya magis tersendiri seperti  God Save the Queen nya Inggris Raya.

“Nasipkoe soedah begini. Inilah yang disoekai oleh pemerintah Belanda. Biar saja meninggal, Indonesia pasti merdeka”. (kutipan surat terakhir sebelum beliau meninggal)

Sumpah pemuda menjadi legendaris tatkala Muhammad Yamin dengan briliannya menggubah 3 kalimat sakral tersebut menjadi hasil dari kongres meskipun menurut Erond Damanik Peniliti Pusat Studi Sejarah dan Ilmu – Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan kata sumpah pemuda baru disahkan pada 28 Oktober 1954 pada saat Kongres Bahasa Indonesia kedua.

Setidaknya sumpah pemuda menjadi kebanggan generasi muda saat pra kemerdakaan sampai orde baru lengser. Sampai orde baru? Tunggu, bukankah generasi muda masih terus akan bermunculan? Jika boleh berandai, saya begitu merindukan semangat generasi muda saat itu. Bukan berlebihan saya berkata hal tersebut, Indonesia merdeka siapa lagi jika bukan generasi muda yang memegang peranan penting dalam merebutnya. 

Sebutlah saja Sukarni, lelaki yang berasal dari Blitar dengan beraninya meyakinkan dwitunggal untuk meninggalkan ibukota dengan alasan akan terjadi pergolakan politik (padahal hal itu sama sekali irasional). Lalu ada Johannes leimena, pemuda ambon yang juga berperan dalam 28 Oktober 1928 begitu cemerlang, pemuda yang dikatakan paling jujur oleh Soekarno ini sampai diganjar menjadi menteri kesehatan di era kabinet Sjahrir. Karya nyatanya adalah puskemas yang ada hingga sekarang. Mari kita bertolak jauh sebelum kemerdakaan tercapai, saat Ahmad yani, Nasution dkk masih berlatih dibawah komando PETA atau bahkan KNIL. Orang – orang seperti Sjahrir dan Mister Amir sudah melakukan  pergerakan underground untuk mengumpulkan massa untuk bergerak secara diplomatis sebelum pada akhirnya ditangkap. 

Yang lebih takjub generasi PKI pasca Musso, sebutlah Aidit, Nyoto, Lukman dan Sudisman mereka berhasil membawa partai yang dicap terlarang tersebut mencapai era gemilang. Saya cuman bisa geleng – geleng kepala dikala membaca artikel singkat di instagram yang menunjukkan 4 orang muda tersebut tidak satupun yang berumur lebih dari 30 tahun. Betapa hebatnya, saya yang sekarang menginjak umur ke 23 masih ruwet dengan skripsi. Tapi sudahlah mereka juga dianggap setan pengganggu sejarah.

Beralih ke era sekarang, mari kita bercermin diri, sudahkah kita mengobarkan semangat sumpah pemuda pada diri masing – masing? Di tengah hegemoni kealayan yang kian menjamur. Teknologi yang diharapkan membantu memudahkan dalam berinteraksi justru malah menjadi majikan yang memperbudak kita. Jika kita membaca sejarah kejayaan generasi muda sudah selayaknya kita malu atas apa yang sudah kita perbuat. Semua orang jelas tidak pernah bisa lari dari kontroversi, selalu saja ada sisi gelap yang mengikuti mereka, namun lain halnya dengan yang terdahulu kontroversi mereka sungguh layak untuk diingat dan diingat. 

Bermodalkan sosial media hits kita bisa terkenal dalam hitungan jam saja, tinggal foto dengan smartphone, filter sana – sini, lalu upload beres urusan. Pengakuan dan apresiasi secara nyata tidak lebih besar dari pengharapan like dan share (saya pun juga begitu tidak bisa dipungkiri). Youtube, web terdepan saat ini yang digadang – gadang bisa menandingi kekuatan magis dari televisi memiliki segudang konten positif dari para pencipta konten yang tak terbendung idenya, namun sayangnya di negeri tercinta ini generasi muda malah lebih tertarik pada konten sepele yang judulnya menggelegar isinya kosong atau artis kemaren sore yang penuh dengan kontroversi jahanam. Sebutlah saja Yanglek dan Auasin dengan kata – kata magisnya berbunyi

“Kalian semua suci, aku penuh dosa”
 Sejujurnya, bagi saya yang pantas mengatakan hal itu adalah saudara Aidit teman – teman sekalian. 

Wahai generasi pemuda Indonesia, negara kita sedang dalam krisis identitas. Ideologi yang kian terkikis oleh masyarakatnya sendiri yang gampang dihasut oleh orang – orang liar dibalik kedok agama/keyakinan yang bagi mereka tidak sesuai. Pembredelan diskusi sana – sini yang dianggap aparat mengancam ideologi padahal hanya tanya jawab tentang sejarah yang sengaja dibolak – balik agar terkesan karismatik dan penuh perjuangan. Belum lagi masalah perut para tikus berdasi yang tak kunjung kenyang makan uang dari rakyat.  

Sekali lagi saya tegasken, Indonesia butuh anda ! para pemuda !


2 komentar:

Tulisannya bagus kak.. sesungguhnya yanglek kalau ada pada jaman dahulu namanya pasti jong lex

Posting Komentar